← Back Published on

MOTHER (2020)

Eh, Jadi Kangen Emak, hiks! 😭

“Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa.”

Kalau dengar penggalan lirik lagu tersebut, kita jadi ingat betapa besar kasih sayang yang sudah diberikan ibu kepada kita.

Nyatanya, ada juga ibu yang demikian toxic hingga membuat anaknya tidak mampu memilih hal yang benar. Yup, seperti halnya dalam film Mother karya Tatshusi Ohmori. Selama 126 menit, kita akan disuguhi hubungan ibu dan anak yang awalnya tampak bahagia, namun sesungguhnya hubungan mereka demikian toxic.

Eh . . . kok, prolognya jadi serius gini, sih? Haha 😆. Yah, tapi emang, sih, kalau bicara soal hubungan ibu dan anak sulit rasanya kalau dibawa becanda. Apalagi hubungan ibu dan anak yang se-gloomy film Mother.
___________________________________________________________________________________
Mother diangkat dari kisah nyata di Kawaguchi, Prefektur Saitama, Jepang pada tahun 2014 yang menceritakan mengenai kehidupan seorang ibu yang bernama Akiko dan anak lelakinya yang bernama Shuhei. Mereka hanya hidup berdua tanpa ada penjelasan mengenai ayah Shuhei.

Akiko digambarkan sebagai ibu yang troublemaker. Ia tidak bekerja. Kalaupun bekerja pasti tidak pernah bertahan lama karena ia sering bolos kerja. Akiko lebih senang berjudi dan bersenang-senang setiap kali mendapat uang. Uang yang didapat pun hasil meminjam dari orang tua dan adiknya yang tentu saja tidak pernah dikembalikan. Tidak jarang, Akiko memanfaatkan Shuhei untuk meminta uang kepada orang-orang di sekitar Akiko.

Bagi Akiko, Shuhei merupakan anak sekaligus alat untuk mendapatkan uang. Meski demikian, Shuhei tetap memilih berada bersama ibunya kendati semua orang membenci Akiko. Padahal, Akiko sendiri tampaknya tidak begitu memberikan perhatian pada Shuhei.

Kelakuan Akiko semakin bertambah parah seiring pertemuannya dengan lelaki bernama Ryo. Lelaki itu hanya datang sesuka hati, kemudian pergi dengan memberikan masalah. Namun, Akiko selalu menerima Ryo. Sementara pada Shuhei, Akiko memilih menyuruhnya mengambil alih tanggung jawab sebagai tulang punggung sekaligus pengasuh adik perempuannya, Fuyuka.

Sampai akhirnya, permasalahan yang tidak kunjung henti membawa Shuhei pada sebuah tragedi yang tidak bisa dihindari. Akiko adalah satu-satunya alasan Shuhei memikul seluruh kesalahan yang sesungguhnya tidak dilakukan sendirian.
___________________________________________________________________________________
Di film Mother ini, saya hanya diajak untuk mengikuti perjalanan hidup Akiko dan Shuhei tanpa diberi tahu motivasi dibalik perilaku kedua tokoh sentral tersebut. Alhasil, sepanjang film saya hanya bisa bertanya-tanya mengapa Akiko tampak begitu ngotot membesarkan Shuhei dengan caranya sendiri meskipun pada kenyataannya ia sama sekali tidak sanggup membesarkan Shuhei dengan baik. Pun demikian dengan Shuhei yang bersikeras tidak mau meninggalkan Akiko, meskipun Shuhei sendiri tahu bahwa segala yang dilakukan Akiko hanya memberikan masalah.

Untungnya, sih ya, Mother dapat tersampaikan melalui karakter Akiko dan Shuhei yang dibangun sepanjang film. Hubungan keduanya yang toxic terasa mengena banget tanpa perlu diperjelas dengan dialog-dialog yang berlebihan. Saya juga puas menyaksikan konsklusi yang disajikan, meskipun sampai akhir saya sama sekali tidak memahami motivasi Akiko dan Shuhei.

Selain itu, film ini juga tidak bisa lepas dari akting ciamik Masami Nagasawa sebagai Akiko, Sho Ghunji sebagai Shuhei kecil, dan Daiken Okudaira sebagai Shuhei remaja. Chemistry mereka sebagai ibu dan anak benar-benar mantap, deh.

Jujur nih, ya, saya paling suka adegan terakhir ketika Akiko menatap kamera. Perubahan sorot matanya begitu terasa, sekan-akan dia hendak mengatakan, “aku berhasil, nih, membesarkan anak sesuai yang aku mau.”

Sulit sekali rasanya apabila diminta mencari kekurangan film ini. Meskipun jalan ceritanya dikemas secara depresif dan berpotensi membuat batin terasa lelah, saya sama sekali tidak merasa bosan. Saya justru menikmati jalan cerita film ini tanpa menuntut kejelasan motivasi Akiko dan Shuhei.

Oleh karena itu, saya beri nilai 4 dari 5 manusia biru, deh!

___________________________________________________________________________________
Menurut saya, Mother bakalan sulit dinikmati semua orang, deh. Soalnya, film ini, tuh, depresif dan gelap banget. Sulit rasanya untuk membuat semua orang memahami hubungan ibu dan anak dalam film ini. Akan tetapi, kalau kalian memang ingin mencari alternatif tontonan yang tidak biasa, Mother bisa jadi pilihan yang bagus.

Oh, ya sebelum nonton, mau ingetin dulu, nih, ya?! Kalau mau nonton Mother, kalian harus benar-benar dalam kondisi psikis yang stabil karena film ini, tuh, benar-benar mental provoking.