← Back Published on

BLOODRIDE (2020)

Awas Bus dari Neraka Mau lewat! 😱

Pertama kali saya lihat poster serial ini, saya sama sekali tidak tertarik untuk nonton. Apalagi, Bloodride merupakan serial yang saya pikir bakal butuh waktu lama untuk diselesaikan. Maklum, daftar antrian film menumpuk. Mana sempat nonton serial hiks 😭.

Eh, ternyata, setelah saya kulik-kulik, serial ini hanya 6 episode dengan durasi per episode hanya sekitar 30 menit. Terlebih, ke-6 episode tersebut tidak saling berkaitan. Jadi, tidak masalah kalau kalian memang tidak menonton mulai dari episode 1. Akhirnya, saya putuskan nonton deh. Dan hasilnya . . . sangat memuaskan.

Serial Bloodride menggunakan bahasa Norwegia dengan genre campuran antara horor dan humor gelap Skandinavia. Oh ya, horor di serial ini lebih ke arah horor psikologis, ya?! Jadi, jangan harap bakal muncul jumpscare-jumpscare yang seringkali jadi template film-film horor! Ha ha ha ha 😆.

___________________________________________________________________________________

Kepindahan sebuah keluarga kecil ke sebuah pedesaan mengawali episode 1 serial Bloodride dengan judul Ultimate Sacrifice. Selanjutnya, mereka dihadapkan pada tingkah laku penduduk desa yang aneh. Ketika kebenaran terkuak, kegilaan menjadi konsekuensi karena tidak mengindahkan peringatan.

Di episode 2 yang berjudul Three Sick Brothers diawali dengan tiga bersaudara yang memutuskan untuk berpesta di pondok tua milik ayah mereka. Pada akhirnya, pesta tersebut menguak jati diri ketiganya.

Episode 3 dengan judul Bad Writer menampilkan kisah seorang penulis amatir yang menghadiri sebuah kelas menulis. Setelah itu, ia mengalami berbagai peristiwa tak terduga.

Lab Rat di episode 4 menyuguhkan cerita tentang lima orang yang dituduh mencuri sebuah prototype. Akibatnya, mereka dikurung agar mengaku.

Episode 5 dengan judul Old School menceritakan tentang seorang guru yang pindah ke sebuah sekolah lama. Sekolah itu baru dibuka kembali setelah 40 tahun ditutup. Selanjutnya, ia dihadapkan pada keanehan yang melingkupi sekolah dan kota tersebut.

Episode 6 yang berjudul The Elephant in the Room menceritakan tentang pesta kostum di sebuah perusahaan. Sayangnya, pesta tersebut berubah menjadi petaka setelah kebenaran yang disimpan perusahaan terbongkar.

___________________________________________________________________________________

Saya suka dengan adegan pembuka serial ini. Terasa begitu gelap dan misterius. Selain itu, saya juga suka plot twist diepisode 1. Alur yang dihadirkan solid dengan konsklusi yang memuaskan. Episode 2 pun jauh lebih menarik. Meskipun saya bisa menebak apa yang terjadi, namun alur yang disuguhkan benar-benar tidak terduga.

Saya paling suka episode 3. Meskipun premisnya sederhana, namun plot twist yang disuguhkan membuat saya tercengang. Mendekati beberapa menit terakhir, saya pikir sudah selesai dengan plot twist yang membuat saya puas. Eh. . . ternyata saya dikejutkan dengan satu lagi plot twist yang lebih memuaskan.

Menjelang 3 episode terakhir, saya mulai kecewa, sih. Episode 4, episode 5, dan episode 6 justru terasa hambar. 

Saya tidak begitu menyukai konsklusi di episode 4, meskipun premisnya cukup menarik dan eksekusinya tidak terlalu mengecewakan. Saya juga kurang menyukai episode 5. Meskipun isu yang diusung cukup menarik, sayang, premis dan eksekusinya kurang memuaskan. Terlebih konsklusinya justru membuat saya mengrenyitkan dahi tak mengerti. Episode 6 tidak jauh berbeda. Meski premis yang dihadirkan cukup menarik, namun eksekusinya hanya mampu saya nikmati pada paruh pertama. Ditambah dengan konsklusinya yang benar-benar mengecewakan.

Oleh karena itu, saya beri nilai 3 dari 5 manusia biru, deh!

___________________________________________________________________________________

Secara keseluruhan, serial ini menarik di awal. Sayangnya, menjadi kendor di akhir. Tapi itu bukan masalah besar, kok. Kalian masih bisa menikmati film ini sebagai sajian serial horor untuk menemani malam kalian.